Senin, 01 Maret 2010

^_^.... MENGEJAR ILMU ADALAH JALAN MENUJU SURGA...^_^

pena.jpgPara pembaca yang budiman, kalau kita perhatikan, seolah-olah begitu banyak kaum muslimin tidak tertarik dengan surga. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan kesengsaraan (neraka) daripada kenikmatan (surga). Hal ini karena mereka lebih banyak memperturutkan hawa nafsu dan menyelisihi perintah-perintah Alloh sehingga mengorbankan surga yang penuh dengan kenikmatan. Alasan yang utama adalah karena banyak di antara mereka yang tidak mengerti tentang keutamaan dan kenikmatan surga. Alloh telah mengatakan bahwa surga adalah Daarun Nikmah (perkampungan yang penuh dengan kenikmatan), namun mengapa banyak orang yang tidak tertarik atau tidak ingin masuk surga?
 
Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa untuk memperoleh surga adalah dengan ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama) yaitu dengan cara mencari, meyakini dan memahami, mengamalkan serta menyampaikannya dengan niat yang ikhlas mengharapkan ridho dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
 
Definisi Ilmu
 
Secara bahasa, ilmu berarti lawan (kebalikan) dari kebodohan, yaitu mengetahui sesuatu sebagai mana mestinya dengan pengetahuan yang sempurna. Adapun yang disebut dengan ilmu di sini adalah ilmu syariat yaitu ilmu yang diturunkan oleh Alloh ’Azza wa Jalla kepada Rosul-Nya shollallohu ’alaihi wa sallam berupa penjelasan dan petunjuk-petunjuk-Nya. Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam bersabda “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Alloh, niscaya Dia akan menjadkannya paham (mengerti) dalam urusan agama.” (HR. Bukhori dan Muslim).
 
 
Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan uang Dinar ataupun Dirham, akan tetapi sesungguhnya mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang dapat mengambilnya, maka ia telah mengambil untung yang sangat besar.” (HR. Abu Daud)
 
Sudah diketahui secara umum bahwa yang diwariskan para nabi kepada umatnya adalah ilmu syariat Alloh ’Azza wa Jalla, bukan harta atau yang lainnya. Yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tidak dipungkiri kalau ilmu-ilmu duniawi juga banyak mendatangkan faidah, akan tetapi dengan dua kriteria, yaitu jika ilmu tersebut untuk ketaatan kepada Alloh dan membantu dalam menolong agama Alloh serta dapat dinikmati oleh hamba-hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Jika demikian maka ilmu itu menjadi suatu kebaikan atau maslahat, dan mempelajarinya pun menjadi wajib dalam kondisi tertentu sesuai dengan perintah Alloh dalam firman-Nya, “Oleh karena itu, siap siagalah kepada mereka dengan segala kekuatan yang ada padamu, seperti pasukan berkuda guna menimbulkan rasa takut pada musuh Alloh dan musuhmu dan musuh lain lagi yang belum kamu ketahui, tetapi Alloh sudah mengetahui. Apa saja yang kamu belanjakan untuk kepentingan fi sabilillah, maka kepadamu akan diberi ganti sepenuhnya dan sedikitpun kamu tidak akan dianiaya.” (Al Anfaal: 60).
 
Mempelajari Ilmu adalah Sebuah Kewajiban
 
Belajar untuk mencari ilmu hukumnya bisa wajib dan bisa mustahab (sunnah). Yang bersifat wajib adalah mempelajari segala hal yang dibebankan kepada setiap insan. Setiap insan dituntut untuk beramal (beribadah) untuk menghamba kepada Alloh ’Azza wa Jalla, sedangkan ibadah yang dilakukan di atas kebodohan, maka tidaklah diterima.
 
Rosululloh bersabda, “Barang siapa melaksanakan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak.” (HR. Muslim). Sebagai contoh dari ilmu yang wajib dipelajari misalnya tata cara sholat. Hal ini diwajibkan karena Alloh mewajibkan kepada kita ibadah sholat. Oleh karena itu hukum mempelajari tata cara sholat juga wajib.
 
Keutamaan Ilmu
 
Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya. Alloh menganjurkan para hamba-Nya untuk menuntut ilmu dan membekali diri dengannya. Jadi, ilmu adalah amal shaleh yang paling utama dan juga merupakan ibadah yang paling mulia yaitu ibadah tathawu’ (ibadah yang dilakukan secara sukarela). Ilmu termasuk dalam kategori jihad di jalan Alloh karena agama Alloh Subhanahu wa Ta’ala sendiri ditegakkan dengan dua perkara, yaitu dengan ilmu (dalil/petunjuk) dan dengan pedang (senjata/perang). Kedua hal ini harus terus ditegakkan. Agama Alloh tidak bisa tegak dengan keduanya secara berbarengan. Jadi perkara pertama harus didahulukan atas perkara yang kedua. Oleh karena itu, Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam tidak memerangi suatu kaum sampai mereka menerima panggilan dakwah kepada Alloh. Dengan demikian ilmu mendahului perang.
 
Ilmu merupakan perkara mulia yang membedakan antara orang yang tahu dan tidak tahu. Alloh akan mengangkat derajad orang yang berilmu (ulama). Alloh berfirman, “Adakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahuinya?” (Az Zumar: 9).
 
Alloh juga berfirman, “Alloh akan mengangkat derajad orang-orang yang beriman di antara kalian, serta orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat.” (Al Mujaadilah: 11).
 
Kemudian, dengan ilmu pula merupakan sarana untuk memperoleh surga Allah ’Azza wa Jalla yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan hakiki dan abadi. Sebagaimana sabda Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam, “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
 
Tujuan Menuntut Ilmu
 
Hendaklah seseorang mempelajari dan mendalami ilmu agama dengan niat yang ikhlas dan untuk menghilangkan kekurangan dan kebodohan pada dirinya. Alloh ’Azza wa Jalla memberitahukan bahwa Dia mengeluakan kita dari perut ibu dalam keadaan bodoh. Firman Alloh, “Dan Alloh telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (An Nahl: 78)
 
Para pembaca yang budiman, hendaknya kita menyadari bahwa ilmu itu mempunyai keutamaan, demikian pula dengan para ulama. Para ulama mempunyai kemuliaan dan keutamaan di sisi Alloh. Alloh ’Azza wa Jalla telah mengangkat derajad mereka karena ilmu.
 
Seorang penyair bertutur, “Ilmu mengangkat rumah yang tidak bertiang dan kebodohan merusak rumah yang kokoh dan tinggi.” Oleh karena itu hendaklah kita meluruskan niat dalam belajar sehingga Allah ’Azza wa Jalla berkenan mengangkat derajat kita.
 
Seorang yang belajar agama (penuntut ilmu) seyogyanya tidak menjadikan ilmu hanya sebagai tujuan, namun ilmu merupakan wasilah atau sarana untuk beramal shaleh baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, adab atau muamalah, karena ini semua merupakan buah dari ilmu yang juga merupakan hasil dari ilmu. Seseorang yang membawa ilmu seperti seseorang yang membawa senjata, entah itu bermanfaat baginya atau justru membahayakan dirinya. Untuk ini ada ketentuan dari Nabi Muhammad shollallohu ’alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda, “Al Qur’an itu hujjah (argumen) bagimu atau atasmu.” (HR. Muslim).
 
Maksudnya adalah bagimu jika engkau mengamalkannya dan atasmu jika engkau belum mengamalkannya. Dengan demikian ilmu tentang Al Qur’an dan As Sunnah adalah ilmu yang memiliki keutamaan yang agung, di mana pemiliknya beramal atasnya dengan pemahaman yang benar yaitu pemahaman para pendahulu kita yang shaleh (Para Shohabat), sehingga Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengangkat derajat dan memuliakannya. Semoga Alloh selalu menambahkan ilmu yang bermanfaat, memberikan rizki yang halal lagi baik dan menerima amal shaleh kita sekalian. Allohu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar